Sabtu, 31 Juli 2010

Fungsi Utama Pura Besakih




Lima Fungsi Utama Pura Besakih
PURA Besakih, pura terbesar di Bali, memiliki kedudukan amat utama dalam kehidupan beragama Hindu di Bali. Pura tempat dilangsungkannya upacara Panca Bali Krama tiap 10 tahun dan upacara Eka Dasa Rudra tiap 100 tahun ini memiliki banyak fungsi. Ada lima fungsinya yang paling utama.
Pertama, sebagai huluning Bali Rajya. Dalam Lontar Padma Bhuwana, Pura Besakih dinyatakan sebagai huluning Bali Rajya, hulunya daerah Bali. Pura Besakih sebagai kepalanya atau menjadi jiwanya pulau Bali. Hal ini sesuai dengan letak Pura Besakih di bagian timur laut Pulau Bali. Timur laut adalah arah gunung dan arah terbitnya matahari dengan sinarnya sebagai salah satu kekuatan alam ciptaan Tuhan yang menjadi sumber kehidupan di bumi. Pura Besakih adalah hulunya berbagai pura di Bali.
Pura Penataran Agung hulunya Pura Desa di desa pakraman. Pura Basukian hulunya Pura Puseh, Pura Dalem Puri hulunya Pura Dalem di tiap desa pakraman di Bali. Pura Pesimpangan dengan Pelinggih Limas Catu yaitu Pelinggih Gedong dengan.atapnya lancip sebagai hulunya palinggih Pesimpangan Besakih yang umumnya ada di tiap merajan gede keluarga di Bali. Pura Ulun Kulkul hulunya kulkul di Bali. Pura Jenggala hulunya Pura Prajapati di Bali. Demikian seterusnya, berbagai kompleks di Pura Besakih sebagai hulu berbagai pura di Bali.
Kedua, Pura Besakih sebagai pura Rwa Bhineda. Dalam konsep Rwa Bhineda, Tuhan dipuja sebagai pencipta dua unsur alam semesta yaitu unsur purusa dan unsur pradana. Purusa artinya jiwa, pradana artinya badan material. Semua makhluk hidup tercipta dari dua unsur tersebut. Demikian juga alam semesta berputar sesuai dengan hukum alam (rta) karena adanya dua unsur tersebut. Tuhan sebagai jiwa alam semesta disebut Brahman. Sedangkan Tuhan sebagai jiwa makhluk hidup disebut Atman.

KERTAGOSA

Sebagai bekas kerajaan, wajar jika Klungkung mempunyai banyak peninggalan yang saat ini menjadi objek wisata. Salah satunya adalah Taman Gili Kerta Gosa, peninggalan budaya kraton Semarapura Klungkung. Kerta Gosa adalah suatu bangunan (bale) yang merupakan bagian dari bangunan komplek kraton Semarapura dan telah dibangun sekitar tahun 1686 oleh peletak dasar kekuasaan dan pemegang tahta pertama kerajaan Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Jambe.

Kerta Gosa terdiri dari dua buah bangunan (bale) yaitu Bale akerta Gosa dan Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili. Keunikan Kerta Gosa dengan Bale Kambang ini adalah pada permukan plafon atau langit-langit bale ini dihiasi dengan lukisan tradisional gaya Kamasan (sebuah desa di Klungkung) atau gaya wayang yang sangat populer di kalangan masyarakat Bali. Pada awalnya, lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan itu terbuat dari kain dan parba. Baru sejak tahun 1930 diganti dan dibuat di atas eternit lalu direstorasi sesuai dengan gambar aslinya dan masih utuh hingga sekarang.

Rabu, 28 Juli 2010

Taman Ujung


Sejarah:
Istana Air Ujung, yang oleh masyarakat setempat disebut Taman Soekasada
Ujung dibangun pada tahun 1919. Namun, peresmian kompleks istana air ini
dialkukan pada tahun 1912.

Istana air yang dikonstruksi oleh raja terakhir Karangasem, I Gusti Bagus
Jelantik, yang memerintah di Karangasem antara 1909 dan 1945.

Taman Ujung dibangun untuk menyambut dan melayani tamu-tamu penting dan
raja-raja dari negara retangga, disamping sebagi tempat untuk raja dan
keluarga kerajaan.

Selasa, 27 Juli 2010

Taman Air Tirtagangga




Sejarah:
Tirtagangga dibangun pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem. Taman air ini dikonstruksi dalam arsitektur yang sangat unik dengan gaya Bali dan Cina.

Lokasi:
Tirtagangga terletak di Desa Ababi, Kecamatan Abang-sekitar 83 km dari Denpasar dan 6 km dari Amlapura ke utara.

Fasilitas:
Fasilitas yang tersedia di daerah ini antara lain hotel-hotel kecil, restoran-restoran kecil, dan warung-warung serta areal parkir yang luas.

Deskripsi:
Tirtagangga terletang pada daerah 1,2 hektar yang terdiri atas tiga kompleks. Kompleks pertama yakni pada bagian paling bawah dapat ditemukan dua kolam teratati dan air mancur. Kompleks kedua adalah bagian tengah dimana dapat ditemukan kolam renang; sementara, pada bagian ketiga, yakni kompleks ketiga, kita dapat menemukan tempat peristirahatan raja.

Sebelum konstruksi Tirtagangga, terdapat sumber mata air besar di daerah ini; sehingga masyarakat setempat menyebut daerah ini "embukan" yang artinya mata air.

Mata air itu kemudian difungsikan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan air dan juga sebagai "pemurnian" dari para Dewa. Untuk tujuan ini, mata air ini dianggap suci dan sacral.

Aspek religius dalam mengkonstruksi Tirtaganga untuk rumah istirahat raja dan juga untuk fungsi umum layak untuk disaksikan.